Rabu, 07 September 2011

Kelebihan dan kekurangan demokrasi sosialis


Paham demokrasi sosial atau sosialisme demokrat berasal dan ideologi sosialisme di negara-negara demokrasi Barat. Sedangkan sosialisme itu sendiri sebagai satu istilah diperkenalkan pertama kali oleh Robert Owen (1771-1858) tahun 1827, walaupun sebagai satu fenomena sudah tumbuh di Eropa sejak abad ke-17. Robert Owen bersama dengan Saint-Simon dan Fourier dan Perancis dianggap sebagai penganut paham sosialisme utopia yang memprihatinkan akibat-akibat negatif dari penerapan ideologi kapitalisme yang berdasarkan prinsip-prinsip kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi, motif mencari untung dan persaingan bebas, yaitu kesenjangan pendapatan dan kekayaan di antara kaum majikan dengan kaum buruh yang berimplikasi pada marjinalisasi kehidupan kaum buruh di semua aspek kehidupan. Robert Owen dan kawan-kawannya ini mendambakan suatu tatanan masyarakat yang egaliter, sama rata sama rasa, di mana sumber-sumber kekayaan dibagi secara merata di antara semua anggota masyarakat. Kita lihat, meskipun mereka juga mencoba menerapkan cita-cita dan ke-yakinannya ini dengan mendirikan komunitas-komunitas sosialis seperti yang mereka bayangkan, apa yang dicita-citakan oleh Robert Owen dan kawan-kawannya ini lebih merupakan impian daripada cara-cara kehidupan yang realistis dan efektif, sehingga kelak mereka oleh Karl Marx disebut sebagai penganut sosialisme utopia.
Para anggota partai buruh atau partai sosialis di negara-negara demokrasi Barat merupakan pewaris cita-cita sosialisme utopia ini. Pada tahun 1889 terjadi penggabungan partai-partai buruh atau partai sosialis ini menjadi “Internationale II”. Karena masing-masing partai buruh ini memiliki penafsiran yang berbeda mengenai cara mencapai tujuan-tujuan mereka, yaitu antara revolusi dan segera (Lenin dan Rosa Luxemburg) atau mengusahakan perubahan secara perlahan-lahan (Eduard Bernstein dan Kautsky dan Jerman), organisasi ini terbagi di antara beberapa kelompok. Perbedaan pandangan ini terus menajam sampai berakhirnya Perang Dunia I, di mana golongan revolusioner akhirnya memisahkan diri dan membentuk partai komunis di negara-negara masing-masing. Organisasi partai-partai komunis Eropa ini menjadi “Internationale III” yang lebih dikenal dengan Communist International atau Comintern (1919-1943). Sedangkan golongan penganut perubahan secara perlahan-lahan tetap menjadi partai buruh atau partai sosialis yang berkeyakinan, “proses dan prosedur pemilihan umum yang demokratis dapat menguntungkan per-juangannya dan bahwa jalan parlemcnter dapat dimanfaatkan untuk sedikit hanyak mengubah masyarakat”. Paham atau ideologi yang dianut partai buruh atau partai sosialis inilah yang disebut dengan sosialisme demokrasi atau demokrasi sosial, sedangkan tatanan yang hendak mereka perjuangkan disebut negara kesejahteraan atau negara kemakmuran.
Berbeda dengan perkembangan di Eropa daratan, gerakan sosialis di Inggris menempuh jalan yang agak berbeda yang terutama disebabkan karena pengaruh agama Kristen tentang cinta kasih, kerjasama dan persaudaraan. Salah satu gerakan sosialis yang paling menonjol di Inggris adalah paham Sosialis Fabian (The Fabian Society). Gerakan sosialis ini berdiri tahun 1884 dengan para pendiri awal: George Bernard Shaw, Sidney dan Beatrice Webb, H.G. Wells clan Graham Wallas. Kekhasan sosialisme Fabian ini terletak pada perjuangan secara bertahap melalui penyesuaian dengan tradisi politik Inggris yang berdasarkan pada argumentasi logis, bukan pada aksi kekerasan sebagaimana yang dianjurkan Marx. Sidney Webb, dalam bukunya Fabian Essays (1889), menyebutkan empat syarat tercapainya masyarakat sosialis di Inggris khususnya. Pertama, perubahan harus bersifat demokratis dan mengesankan pemecahan yang masuk akal bagi semua orang; kedua, perubahan tersebut harus secara bertahap, sinambung dan konsisten; tujuan perubahan tersebut harus sesuai dengan moralitas masyarakat; perubahan tersebut harus melalui prosedur konstitusional dan dengan cara-cara damai.
Pertalian di antara demokrasi dan sosialisme adalah satu-satunya unsur yang paling penting dalam pemikiran dan politik sosialis. Melihat pada sejarah sosialisme, dapatlah segera diketahui bahwa gerakan-gerakan sosialis yang berhasil hanya tumbuh di negara-negara yang mempunyai tradisitradisi demokrasi yang kuat, seperti Inggris, Skandinavia, Belanda, Swis, Australia, Belgia, Selandia Barn dan (lebih akhir) di Israel. Sebab dari kesejajaran ini adalah sederhana sekali. Dalam pemerintahan demokratis dan konstitusional yang umumnya diterima, kaum sosialis dapat memusatkan per-hatian pada program khusus mereka. Biarpun program itu kelihatannya terlalu luas, yakni menciptakan kesempatan yang lebih banyak bagi kelas-kelas yang berkedudukan rendah; mengakhiri perbedaan yang didasarkan atas kelahiran dan bukan atas jasa; membuka lapangan-lapangan pendidikan bagi semua rakyat; menghapuskan praktik-praktik diskriminasi yang didasarkan atas jenis kelamin, agama, suku bangsa atau kelas sosial; mengatur dan mereorganisasi ekonomi untuk kepentingan seluruh masyarakat; mempertahankan “full employment”; memberikan jaminan sosial yang cukup bagi mereka yang sakit, menganggur dan sudah tua; merencanakan kembali kota-kota kecil dan kotakota besar; membongkar daerah-daerah perkampungan yang padat dan membangun rumah-rumah baru; memberikan pemeliharaan kesehatan bagi setiap orang tanpa melihat isi dompetnya; dan akhirnya, membangun kembali masyarakat atas dasar kerja sama sebagai ganti persaingan, dorongan, dan keuntungan.
Semua tujuan sosialisme demokratis ini mempunyai persamaan dalam satu hal: membuat demokrasi lebih nyata dengan jalan memperluas penggunaan prinsip-prinsip demokrasi dari lapangan politik ke lapangan non-politik pada masyarakat.
Pustaka
- Demokrasi untuk Indonesia: pemikiran politik Bung Hatta Oleh Zulfikri Suleman,Kurniawan Junaedhie
- Isme-Isme yang Mengguncang Dunia Oleh William Ebenstein

Tidak ada komentar: